Ilustrasi kemiskinan | Foto Istimewa
Asmarainjogja.id – Jika dilahirkan menjadi anak orang kaya, itu adalah karunia terbesar dalam hidup. Tapi bagaimana kalau dilahirkan dari keluarga miskin? Apa itu musibah? Tidak juga! Sepanjang diri masih mau mengubahnya.
Ada motivasi bijak mengatakan, kalau miskin sejak lahir itu bukan salah kita, tapi kalau miskin ketika sudah dewasa, itu salah kita sendiri. Ya, ini benar sekali, karena itu merupakan salah satu takdir yang tidak bisa ditolak. Ada 3 di antaranya takdir yang tak bisa ditolak, yaitu kelahiran, jodoh dan kematian.
Nah, kelahiran ini seperti yang disinggung di atas tadi, bayi dalam kandungan tak bisa memilih orangtuanya yang kaya, juga tak bisa memilih orangtuanya yang miskin. Maka mau tak mau harus ikhlas dilahirkan ke bumi dalam keadaan apapun. Hanya saja ketika sudah remaja dan dewasa, atas bekal pengetahuan, kecerdasan, kecakapan, dan skill tertentu keadaan miskin pun bisa diubah.
Dan kenyataannya adalah di masyarakat Indonesia, jika keluarganya miskin, akan melahirkan pula generasi yang miskin. Begitu saja seterusnya sampai generasi selanjutnya. Lalu, kira-kira apa penyebab utamanya?
Ya, kemiskinan adalah tugas negara dan agama untuk mengentaskannya. Karena agama dan negara mempunyai kewajiban dalam hal kemiskinan pada suatu bangsa. Namun begitu, bagi warga miskin juga tidak serta merta hanya berharap bantuan.
Jika tahun ini dibantu perekonomiannya, pastikan di tahun depan sudah tidak dibantu lagi. Karena masih banyak warga miskin yang belum dapat bantuan. Jangan pula setiap tahun berlangganan.
Tak hanya mempertaruhkan harga diri juga egois, kok, maunya diri sendiri saja yang dibantu setiap tahun. Apa kata dunia?
Selain itu ada penyebab utama kenapa di Indonesia ini yang miskin semakin miskin. Berikut alasannya:
1. Pola pikir yang salah
Orang miskin menganggap dirinya kalau sudah miskin tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Jika pun berbuat, hanya sekadar kebutuhan hidup sehari-hari saja. Kerja pagi, pulang sore atau malam. Selebihnya diserahkan pada yang maha Esa.
Selain itu saudara kita yang miskin tadi cara berpikirnya tidak maju, alias selalu hanya menerima nasib. Tidak mau memikirkan hal-hal besar, untuk menggapai impian besar. Akhirnya karena pikirannya begitu terus, aksinya dalam sehari-harinya pun begitu terus. Jadi apa mau dikata, perubahan pun tidak ada sepanjang tahun.
Jadi yang harus dilakukan dulu adalah pola pikirnya. Lalu tindakan-tindakan yang bisa diambil untuk perubahan hidup.
2. Patah semangat
Ini sebenarnya masih ada kaitannya dengan poin yang pertama tadi. Orang miskin sudah kelihangan semangatnya untuk hidup. Dalam meraih rezeki dalam sehari-hari hanya terbatas, dan tidak mau keluar dari lingkaran zona aman. Jika mencari uang sudah lepas makan sehari-hari, ya sudah. Besok dicari lagi. Hari ini dapat uang, hari ini habisnya.
Hilangnya semangat hidup seperti manusia tanpa jasad. Tidak ada gairah lagi. Ikut sana, ikut sini, atau diam di rumah. Tidak jelas lagi arah tujuannya. Padahal untuk mengubah nasib, keuangan, perekonomian dibutuhkan semangat yang tinggi. Terkadang hanya bermodal semangat saja pun tidak berhasil. Apalagi sama sekali tidak punya semangat.
Cara untuk menumbuhkan semangat lagi adalah bergaul dengan orang-orang punya semangat tinggi. Tidak ada salahnya juga bergaul dengan orang kaya yang baik.
3. Berburuk sangka pada Tuhan, Allah SWT
Orang miskin cenderung berburuk sangka pada Allah SWT. Mereka menduga Allah SWT tidak adil pada umatnya. Oleh karena itu pula mereka enggan berusaha lebih keras lagi dalam mencari rezekinya. Alhasil kerjanya malas-malasan. Jika hari ini mendapat gaji 20 Ribu (misalnya) ya, sudah itu saja dikantongi.
Dalam benaknya, jika mencari lebih lagi juga tetap miskin. Begitulah dugaannya terhadap takdir. Tidak percaya takdir hidup ini (kaya dan miskin) bisa diubah, kan itu sama saja namanya dengan berburuk sangka pada Allah SWT. Padahal kalau berbaik sangka saja bisa jadi perubahan dan keajaiban pun tiba.
Apalagi pola pikir sudah diubah, semangat sudah tumbuh, bekerja lebih giat dan cerdas tinggal berbaik sangka lagi saja pada Allah SWT.
4. Hilangnya kreatif berpikir
Setiap manusia itu pada dasarnya memiliki kreatifitasnya masing-masing. Tapi terkadang manusia itu sendiri tidak menerapkannya. Misalnya, jika saat ini menjadi buruh tani, ya, selamanya menjadi buruh tani sampai ajal datang menjemput. Kita juga tahu buruh tani (maaf bagi yang buruh tani) itu penghasilannya kecil sekali.
Padahal kalau kreatif, seorang buruh tani bisa saja merangkap menjadi agen. Entah itu agen sayur atau buah. Paling tidak ada usah-usaha lain yang bisa menambah penghasilan keluarga. Jadi tidak buntu pada hasil buruh tani dengan gaji kecil itu saja. Begitu juga dengan profesi lainnya.
Kesulitan hidup juga memengaruhi lemahnya berpikir atau dengan kata lain tidak mampu lagi berkreasi. Semakin sulit hidup, semakin lemah berpikirnya.
5. Hanya berharap kepada orang lain
Kaya atau miskin hanya diri sendirilah yang menentukan. Bukan orang lain. Saudara kita yang belum beruntung ini terkadang hanya mengandalkan orang lain, bukan dirinya sendiri. Berharap kepada sanak family, kerabat, sahabat, atau lainnya agar dibantu untuk perubahan hidup.
Misalnya saja dibantu keuangan, kalau pola pikir, cara menggunakan uang tidak tepat, toh, tetap saja dibalut kemiskinan. Karena seberapa banyak uang pun diberikan pada seseorang, jika orang itu tidak punya kemampun mengelola uang, ya, percuma. Esoknya lagi kekuarangan minta lagi, sudah kehabisan minta lagi. Begitu terus.
Jadi sebaiknya berusaha sendiri, tidak perlu berharap pertolongan orang lain. Tapi kalau dibantu malah bagus. Dengan catatan menggunakan uang itu sebaik-baiknya. [Asmara Dewo]
Baca juga: