Home Lifestyle Uni, Rubah, Beldu, dan Icow

Uni, Rubah, Beldu, dan Icow

11 min read
0
0
144

Anak-nak Bi, Uni, Rubah, Beldu, dan Icow

Asmarainjogja.id  — Bi yang sudah diadopsi sejak Juni lalu kini sudah melahirkan keturunan nan cantik jelita dan tampan. Ya, keempat anak Bi merupakan anugerah kebahagiaan beberapa bulan terakhir. Selalu ada kerinduan jika saya berada di luar untuk buru-buru pulang memastikan mereka sedang baik-baik saja.

Mengadopsi kucing tidak jauh berbeda bagaimana merawat seorang anak manusia. Sebabnya, kucing juga makhluk hidup yang patut dijaga habitatnya, dirawat dengan sepenuh hati, diberikan kasih sayang seutuhnya, dan tentunya memberikan tempat yang layak semampu yang mengadopsinya.

Anak pertama Bi diberi nama Uni (betina), yang kedua Rubah (betina), ketiga Icow (jantan), dan terakhir Beldu (betina). Ketiga nama betina itu diberi oleh Rizka, mom kucing mereka juga, sedangkan si Icow saya sendiri yang menyematkan nama tersebut. 

Alasan pemberian nama Uni bagi si sulung dikarekan ia anak pertama. Uni sendiri dari bahasa Minangkabau yang artinya kakak perempuan. Rubah, karena wajahnya yang unik, ia seolah-olah memakai kacamata, mirip seperti hewan rubah. Berikutnya pemberian nama Icow, warna bulu Icow hitam dan putihnya, belangnya seperti seekor sapi. Karena bahasa Ingrisnya sapi adalah cow. Nah, Beldu, karena warna bulunya hitam putih seperti Icow, makanya diberi nama Beldu singkatan dari belang dua.


Saat mereka lahir, tepatnya Sabtu, tanggal 20 Oktober 2018 sekitar pukul empat pagi. Bi yang sudah lama mengandung melompat ke kasur saya dan mendengkur cukup keras, ada rasa kesakitan di suaranya. Lalu saya terbangun dan menghidupkan lampu. Betapa terkejutnya pada saat itu, air ketuban Bi pecah merembes di kasur. Tampaknya ia akan melahirkan.

Kebetulan ada dus di kamar, Bi diletakkan di sana sembari mengejang kesakitan, Bi berusaha mengeluarkan anak-anak dari rahimnya. Saya begitu cemas, sebab seumur hidup baru kali ini menyaksikan seekor kucing melahirkan. Dalam kebingungan itu ingin sekali membantu Bi untuk membidaninya, tapi saya tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Saya video call Rizka untuk memberikan solusi bagaimana menangani semua ini. Rizka hanya bilang Bi bisa melahirkan sendiri, itu sudah menjadi insting seekor kucing saat proses melahirkan. Ya, saya percaya saja, karena sejak kecil dia sudah bersahabat dengan kucing di rumahnya.

Satu per satu anak Bi terlahir di bumi manusia, seonggok bayi kucing yang mungil dilindungi selaput (lendir yang melindungi tubuh bayi kucing). Setiap bayi yang lahir itu dijilati Bi terus menerus, layaknya seperti manusia, dimandikan dan dibersihkan. Dan itu sampai kering. Setelah kering, mulailah bayi kucing itu bergerak lasak. Waktu antara anak-anak Bi lahir sekitar 15 sampai 20 menit.

Anak ketiga Bi, yakni Icow, yang paling membuat saya khawatir. Sebab ia tidak sama seperti saudara-saudaranya, jika yang lain dalam beberapa menit sudah bergerak dan mengeong, Icow hanya diam dengan selaput yang masih utuh di tubuhnya. Sampai si Beldu lahir, Icow tak bergerak. Saya pikir Icow tidak selamat. Untungnya Rizka pagi-pagi benar sudah datang.

Kemudian Rizka menggendongnya dan mmbersihkan lendir-lendir itu sampai kering dengan kain halus, sejak itulah Bi mulai menampakkan kehidupannya di dunia fana. Perlahan-lahan Icow bergerak mendekati saudara-saudaranya di perut Bi. Mata mereka yang masih tertutup itu meraba-raba mencari puting susu Bi, lalu rebutan menyusu ke induknya.

Sekitar 10 hari kemudian, mata mereka sudah terbuka. Wujud wajah anak kucing sudah tampak terlihat. Dan beberapa hari selanjutnya mereka sudah semakin lincah, bisa keluar dari keranjang tempat mereka selama ini menyusu ke ibunya. Kegirangan saya berikutnya adalah saat mereka sudah bisa merangkak, berjalan, dan berlari-lari kecil. Ini seperti menyaksikan makhluk mungil paling menggemaskan di bumi.

Bi yang kerap mencakar-cakar kaki meja itu pun ditiru anak-anaknya. Mereka mulai mencakar mengikuti jejak bundanya, terlebih lagi Beldu yang paling lincah, dia sudah bisa memanjat begitu tinggi, sementara saudara lainnya belum mampu seperti dirinya. Dia juga yang paling gemuk. Mungkin karena paling pandai merebut puting susu ibunya dari yang lainnya, ia pun tumbuh paling gemuk.

Aroma tak sedap sudah menyerbak di kamar, anak-anak Bi pipis di keranjang dan lantai. Bahkan sudah buang kotoran kuningnya. Agar mereka terlatih untuk buang kotoran di pasir, maka disediakan kotak pasir tempat pembuangan kotoran. Ternyata latihan pembuangan kotoran di kotak pasir berhasil, mereka pipis dan pub di sana. Kini mereka tak mau lagi sembarangan mengeluarkan kotorannya.

Hanya saja masih ada kebiasaan buruknya, yaitu makan pasir. Maka mau tak mau mereka harus disuguhkan dengan makanan kucing, ini untuk mengalihkan kebiasaannya makan pasir. Meskipun sampai sekarang masih ada saja di antara mereka yang menguyah pasir, tapi setidaknya mereka sudah mau makan pakan kucing.


Saya juga baru tahu bahwasanya induk kucing mengajarkan anak-anaknya untuk bertarung. Mungkin inilah naluri dari seekor kucing, yaitu bertarung. Entah itu untuk menaklukkan lawan, ataupun untuk mempertahankan diri, dan yang pastinya untuk memburu. Karena kucing juga disebut sebagai predator kecil yang biasanya memburu tikus-tikus di rumah.

Tiada waktu tanpa bergelut, keempat anak Bi itu saling begelut. Dua lawan dua. Menykasikan mereka bergelut itu lucu sekali, tapi uniknya tiada luka dari pergelutan mereka, padahal kuku-kukunya cukup tajam untuk mengoyak kulit. Boleh jadi mereka tahu ini hanya sebuah candaan, tidak saling melukai.

Setelah lelah mereka tidur bersama. Saling berpelukan dan menghangatkan, mencari tempat-tempat yang hangat dan sedikit gelap. Biasanya di sudut-sudut ruang. Keranjang yang biasa tempat mereka tidur, alasnya sudah saya bakar karena malas mencuci. Sebelum mereka pintar ke kotak pasir, saya sudah berkali-kali mengganti alas tidur mereka, jadi jenuh juga gonta-ganti alasnya.

Dari keseharian mereka itu, saya kasihan pada Uni, tampaknya ia mewarisi penyakit seperti bundanya, yaitu jamuran. Kaki kiri Uni jamuran, bulunya rontok, dan kulitnya menghitam terkelupas. Seperti biasa, saya mengobati jamur pada kucing dengan bethadine. Cukup ampuh bisa dibilang, kaki Uni mulai sembuh, tapi di bagian perutnya sudah muncul lagi jamur.

Selain jamur, kutu juga menjadi kegelisahan saya. Kutu-kutu tersebut menjalar dari induknya. Waktu Bi kabur dan kawin dengan kucing garong dan kucing ras persia (saya beri nama Codi, diambil dari nama fighter UFC Cody Garbarant, musuh bebuyutan TJ. Dillasshaw) milik tetangga sebelah. Bi mulai berkutu, karena saat itu tidak mungkin dimandikan karena sudah hamil, sampai melahirkan ternyata kutu-kutu tersebut semakin banyak dan menular ke anak-anak Bi. Jadilah anak-anak Bi sampai sekarang kutuan.

Tampaknya dalam waktu dekat ini saya harus beli sisir kutu untuk membereskan kutu sialan yang menempel di anak-anak kucing saya. Sulit juga menangkap satu per satu kutu yang menggeranyangi di tubuhnya. Kasihan, mungkin kurusnya mereka karena darahnya diisap oleh hewan bak drakula di film-film horor barat. [Asmara Dewo]

Baca juga: 

Pengalaman Mengobati Kucing Jamuran sampai Sembuh

Pengalaman Mengobati Kucing Cacingan

Lihat video kucing lucu:

 

Load More Related Articles
Load More By admin
Load More In Lifestyle

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *