
Menulis di Pasar Beringharjo | Doc. Bintang Inspirasi
Asmarainjogja.id–Di sore yang indah dan sedikit mendungi, kami berempat sedang melaksanakan agenda menulis lagi. Iya betul, agenda Bintang Inspirasi. Yaitu, agenda untuk belajar menulis dengan cara melihat satu objek tertentu, dengan mengambil tema besar dan memesona, serta menjadi icon daripada kota Yogyakarta tercinta ini.
Pasar Beringharjo yang terletak di sebelah timur Jalan Malioboro ini berdiri sebelum bapak presiden pertama Indonesia, yaitu Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi. Memiliki luas sekitar 2,5 hektar, sudah termasuk lahan untuk parkir mobil dan motor. Mempunyai warna dasar yaitu putih telur, atapnya berwarna coklat tua dan dilapisi dengan cat berwarna hitam, hijau tua, dan merah maroon. Yang tentunya menjadi ciri khas daripada kota dengan sebutan pelopor makanan gudeg ini.
Dibagi menjadi dua bangunan besar, namun disatukan dengan jembatan kecil; dibagian tengah. Di posisi barat, jika kita berada ditengah-tengah pasar ialah gedung dua lantai, dan terdapat pintu masuk utama. Panca indera kita, yaitu mata langsung dimanjakan dengan pintu masuk yang unik dan menarik. Dengan cat dasar berwarna hijau, dilengkapi dengan gerbang besar berbentuk bulat, dan sempat mengalami beberapa kali renovasi.
Di depan gerbang tersebut banyak sekali pedagang yang menjual makanan tradisonal, seperti gudeg, nasi kucing, berbagai macam sate dan sayuran. Sedangkan minumannya ada wedang ronde, es dawet, es kencur, dan masih banyak lagi. Sangat jelas, membuat perut kita keroncongan setelah itu, dompet akan menangis
Jika masuk dari pintu utama, kita langsung disambut dengan pedagang-pedagang yang menjual berbagai macam kemeja, kaos, kebaya, yang mempunyai motif atau corak khas kota Mataram, yaitu batik. Kurang lebih 100 kios atau toko yang memperdagangkan berbagai macam pakaian dengan motif batik tersebut. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah mulai dari jalan masuk, sampai lorong-lorong yang membelah kios atau toko di sini, sama sekali bersih, dan menakjubkan.
Saya pun sempat heran saat melihat dan berjalan-jalan mencari inspirasi untuk menulis tulisan ini. Sebab sama sekali saya tidak melihat ada sampah yang berserakan. Sampah organik maupun non organik. Dalam hati bergumam, “Saya senang sekali melihat pasar yang sangat dijaga kebersihannya. Mulai dari lantai, tempat duduk, kios-kios untuk berdagang, serta sarana dan prasarana yang ada di pasar tersebut”.
Awalnya, sebelum sampai di Pasar Beringharjo, terbenak di pikiransaya ialah tempat yang ramai merayap, mempunyai bau yang menyengat, kumuh, dan pastinya tidak enak untuk dipandang. Tetapi, saat sampai di Pasar Beringharjo, semua pikiran itu sirna. Memang betul, tempatnya ramai dan padat apalagi hari liburan atau weekend, sebab memang tempat perbelanjaan. Namun, tidak mempunyai aroma yang menyengat seperti pasar pada umumnya, dan tentunya tidak kumuh atau kotor. Karena sangat indah dan memesona, sengaja dibentuk seperti pasar semi modern.
Di bagian timur, jika kita berada sama persis seperti di awal, yaitu tengah-tengah pasar, ada gedung dua lantai yang sama dengan gedung atau bangunan sebelumnya. Tetapi, yang menjadi perbedaan adalah pasar di sebelah timur ini, menganut model pasar tradisional. Pasar ini menjual berbagai macam bahan baku atau bahan mentah makanan dan minuman tradisional maupun modern.
Pasar bagian timur ini pun, termasuk pasar yang cukup bersih dan nyaman, jika kita sedang belanja kebutuhan primer di sini. Memang, tidak sebersih pasar yang berada di gedung sebelah barat, dan yang baunya cukup amis. Di sana memperdagangkan berbagai daging hewan darat, hewan laut, atau hewan dari air tawar. Tetapi tidak mengecewakan dalam hal kebersihan.
Jika kita keluar dari pasar ke arah bagian selatan, tepatnya di pinggir trotoar. Banyak sekali pedagang kaki lima yang berjualan di Jalan Pasar Beringharjo. Panjang jalan tersebut adalah satu kilometer. Lalu ada sekitar 50 lebih pedagang yang menjual makanan dan minuman yang terbentang dari arah barat sampai timur. Tentunya sangat lezat dan nikmat. Tapi yang membedakan dengan pedagang yang ada di pintu masuk pasar bagian barat atau pintu utama adalah soal tempat berdagang dan izin.
Yang berada di bagian selatan ini menjual dagangannya di bawah atau di sebelah utara trotoar. Sedangkan yang berada di bagian barat pasar, diatas trotoar atau memang disediakan tempat berjualan oleh Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. Lalu soal perizinan, pedagang yang berjualan di bagian barat mempunyai legitimasi atau kekuatan hukum yang kuat. Bahkan dilindung langsung oleh pihak keamanan dari Malioboro yang diutus oleh Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. Mereka juga membangun perhimpunan atau serikat-serikat khusus untuk anggota yang ingin berjualan di sini.
Sedangkan yang berada di bagian selatan ini tidak mempunyai izin yang jelas. Bahkan, para pedagang kaki lima tersebut, kapan saja bisa digusur oleh pihak keamanan dengan dalih menganggu ketertiban umum. Karena mereka berjualan di zona ‘dilarang berjualan di pinggir trotoar’. Itupun sangat jelas tertulis ditiang setinggi satu meter yang tertancap di atas trotoar, serta tertempel di dinding-dinding Pasar Beringharjo.
Tetapi yang sangat perlu untuk kita perhatikan yaitu kedua bangunan kokoh atau yang disebut dengan Pasar Beringharjo ini, telah diakui sebagai tempat wisata yang paling banyak diminati dan dikunjungi oleh wisatawan asing maupun lokal. Lalu dalam hal menjaga kebersihan, pihak Malioboro dan para pedagang yang berjualan di sana memang sangat serius untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan pengunjung yang datang. Mereka percaya bahwa menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan tentunya akan membawa rejeki melimpah bagi mereka. Dan saya merekomendasikan kepada Anda untuk berkunjung ke sini. Saya yakin Kota Yogyakarta dan seluruh objek wisatanya, akan membuat Anda rindu sampai akhir hayat nanti. []
Penulis: R. Almeyda Arjuna Sjaiful, anggota Komunitas Menulis Bintang Inspirasi
Baca juga tulisan R. Almeyda Arjuna Sjaiful lainnya: