
Menulis di Perpustakaan Kota Yogyakarta | Doc. Bintang Inspirasi
Asmarainjogja.id–Sepoi angin di panas teriknya Yogyakarta membawa saya ke perjalanan menuju perpustakaan kota. Perpustakaan ini terletak di Jl. Suroto Kotabaru Yogyakarta, lebih tepatnya di utara lapangan Kridosono. Bagi anak muda Yogyakarta, mustahil rasanya tidak tau lapangan tersebut. Karena hampir sebagian besar konser dan festival yang diadakan di Yogyakarta berada di lapangan tersebut.
Perpustakaan kota ini memiliki tempat yang sangat strategis. Walaupun tidak berada di pusat kota tapi perpustakaan ini berada di tempat yang mana tempat pendidikan, perkantoran, dan pusat perbelanjaan ada di sekitarnya. Tak heran ketika saya sampai disana, perpustakaan tersebut sangat ramai, bahkan saya hampir tidak mendapatkan tempat parkir karena sudah tidak ada lagi slot yang kosong. Yang mana ini menandakan bahwa Perpustakaan Kota Yogyakarta adalah salah satu tempat yang digemari.
Jika dilihat dari luar saja, muda-mudi yang hanya sekedar nongkrong sampai mengerjakan tugas pun sudah memenuhi semua tempat Gazebo yang disediakan oleh pengelola perpustakaan. Mereka asyik mengerjakan tugas, bercengkrama dan berdiskusi satu dengan yang lainnya. Jika datang ke perpustakaan ini tidak perlu khawatir soal batrei handphone dan laptop yang habis. Karena disetiap Gazebo yang disediakan pengelola hampir semuanya memiliki colokan untuk pengisian listrik.
Yang perlu dihawatirkan adalah ketika sampai di sana ternyata parkiran untuk area perpustakaan sudah penuh. Dari yang penulis lihat, berkali-kali masyarakat yang ingin masuk ke dalam perpustakaan, namun akhirnya tidak jadi karena parkiran perpustakaan yang penuh. Kalau beruntung seperti saya maka bisa saja ketika datang ternyata ada satau atau dua slot parkir yang kosong. Tapi kalau sudah benar-benar penuh maka akan ditolak masuk oleh satpam.
Dengan cukup antusiasnya masyarakat untuk datang kesana sepertinya perlu untuk pengelola perpustakaan memperluas area parkir. Karena jika dilihat, amat sulit untuk mencari area parkir diluar area perpustakaan. Karena diluar area perpustakaan sendiri berjejer berbagai bangunan dan gedung yang mana tempat parkirnya hanya untuk pengunjungnya saja.
Oleh karena itu saran dari penulis adalah sebaiknya jika ingin berkunjung kesana di waktu perpustakaan baru buka. Atau untuk kalian yang baru pulang sekolah atau kuliah, sebaiknya diantar atau menggunakan jasa transportasi online. Karena jika penulis amati banyak juga masyarakat yang berkunjung ke sana diantar ataupun menggunakan tranportasi online. Yaah, meskipun harus mengeluarkan uang untuk perjalanan ke sana menurut penulis sangatlah setimpal dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan Kota Yogyakarta.
Oh ya, salah satu yang menyenangkan dan membuat betah untuk berlama-lama di sana adalah keasrian pohon-pohonnya. Terbukti meskipun sore tadi mataharinya cukup terik, namun tidak terasa panas dan gerah bagi penulis yang saat itu menggunakan pakaian berlapis kaos, kemeja dan jaket denim. Suasana asri dan nyaman di sana jugal yang membuat salah satu teman bisa merelakan waktu membacanya yang asyik untuk tidur sejenak di kursi trotoar, walaupun di sore yang terik itu.
Kebijakan pemerintah Kota Yogyakarta untuk menata kotanya dengan konsep pedestrian adalah sangat tepat. Di mana setiap jalur pedestrian selalu ada pohon-pohon besar di kanan-kiri jalan, sehingga membuat nyaman para pejalan kaki di tengah panasnya matahari dan pengabnya polusi kendaraan. Itu juga yang penulis amati sembari duduk di kursi trotoar melihat banyak pejalan kaki yang santai meski disore yang terik di hari itu.
Belum lagi banyak masyarakat yang berjalan kaki untuk mencari spot foto yang bagus agar bisa dipamerkan di sosial medianya masing-masing. Di sekitaran area perpustakaan kota sendiri, banyak model-model bangunan kuno zaman Belanda yang sudah direnovasi dan dipercantik mengikuti perkembangan zaman. Tak ayal ada beberapa pelancong yang sibuk berfoto di depan bangunan-bangunan tersebut. Bahkan beberapa pengendara motor sempat untuk berhenti hanya untuk sekedar mengambil foto di lokasi yang mereka anggap bagus untuk berfoto.
Didepan Perpustakaan Yogyakarta telah juga disediakan tempat penyewaan sepeda gratis untuk masyarakat yang ingin mengelilingi kawasan Kotabaru dengan bersepeda santai. Sepeda-sepeda ini sepertinya difasilitasi oleh pemerintah Kota Yogyakarta yang menjalin kerjasama dengan Pertamina. Hal itu bisa terlihat disemua sepeda terpampang dengan jelas logo Pertamina.
Untuk cara penyewaannya sendiri kita tidak perlu bingung. Karena sepertinya baru disosialisasikan, maka tempat penyewaan sepeda gratis dekat perpustakaan kota tersebut ada penjaganya. Karena jika kita melihat di luar negeri, seperti belanda contohnya. Hampir setiap sudut tempat selalu ada berjejer rapi sepeda-sepeda siap pakai tanpa penjagaan, yang mana hanya perlu menggunakan aplikasi melalui handphone untuk pengoprasiannya.
Menjelang sore beberapa siswa yang baru pulang sekolah pun terlihat mendatangi tempat penyewaan sepeda gratis tersebut. Mereka sepertinya berniat untuk bersepeda santai disore hari sebelum pulang kerumah masing-masing. Tampak beberapa penjaga sepeda memberikan penyuluhan tata cara bagaimana prosedur penyewaan. Seperti yang penulis pikirkan bahwa prosedurnya menggunakan aplikasi dari handphone. Terlihat dari para siswa yang asyik memainkan handphone mereka masing-masing sambil mendengarkan tata cara yang diberitahu si penjaga.
Maka jangan coba-coba untuk memiliki niat jahat seperti menyewa tapi tidak dikembalikan. Sebab di sepedanya sendiri telah terpasang chip yang tehubung dengan aplikasi yang ada di kita. Sehingga sangat mudah untuk mencari tahu posisi kita ada dimana. Lagi pula sebagai masyarakat yang baik kita seharusnya mendukung kebijakan-kebijakan publik yang bermanfaat untuk umum seperti ini.
Kerasnya kehidupan kota yang sering kita dengar dari para penyair. Terpampang cukup jelas ketika penulis mengamati hiruk-pikuknya warga masyarakat yang lalu lalang disekitaran Jl. Suroto. Ada kakek-kakek penjual susu keliling yang dengan sisa-sisa tenaga di hari tuanya. Dia mengayuh sepeda dengan semangat untuk menjemput rezeki di hari itu. Beberapa kali juga penulis lihat driver ojek online yang menurunkan maupun menjemput penumpang di depan perpustakaan adalah seorang ibu-ibu.
Kota dengan nama besarnya sepertinya tidak memandang bulu untuk siapapun yang ingin hidup di sana. Mau orang tua, ibu-ibu sampai anak kecil pun diharuskan untuk mengikuti aturan mainnya, yaitu kerja kerja dan kerja. Namun apakah kita manusia dilahirkan untuk hanya terus bekerja lalu mati? Ya, mungkin itu sedikit dari gumam penulis yang melihat realita masyarakat perkotaan hari ini.
Terlepas dari masalah sosialnya yang mungkin jika difilmkan akan menyabet semua kategori pada piala OSCAR . Kota jogja perlahan mulai berbenah dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung bagi aktivitas masyarakatnya sehari-hari. Dari mulai penyewaan sepeda gratis, trotoar yang memiliki jalur untuk warga yang berkebutuhan khusus. Nah, jika kamu seorang yang malas membaca dan ingin mencari tempat untuk membaca buku dengan faslitas yang nyaman, baik, dan kekinian maka Perpustakaan Kota Yogyakarta bisa menjadi salah satu destinasinya.
Karena perpustakaan ini memiliki fasilitas dan keunggulan-keunggulan untuk kamu yang masih malas membaca. Kalau pun kalian bosan dengan suasana di dalam area perpustakaan, maka kalian cukup rehat sejenak dan keluar untuk hanya sekedar duduk di kursi trotoarnya. Kemudian lihat dan amati hiruk-pikuk kendaraan yang lalu-lalang sambil merasakan keasrian pepohonan dan menikmati keunikan gedung-gedung zaman kuno yang telah disulap. Yang mana tidak semua perpustakaan memiliki kekhas-an tersebut.
Jadi tunggu apa lagi? Kapan kamu akan kesana? Ayo keperpustakaan! Ayo Membaca!
Penulis: Defry, anggota Komunitas Menulis Bintang Inspirasi
Baca juga: