Home Uncategorized Opini Inilah Cara Jerinx Menguraikan Teori Konspirasi Covid-19 di Kompas TV

Inilah Cara Jerinx Menguraikan Teori Konspirasi Covid-19 di Kompas TV

10 min read
3
0
448
Jerinx SID | Foto Flickr, Viand Art

Asmarainjogja.id-Teori konspirasi Covid-19 versi Jerinx SID yang pernah mengejutkan beberapa pekan lalu, kini semakin menyasar ke kalangan pemirsa TV. Pria bernama asli I Gede Ari Astina itu diundang oleh presenter berita Kompas TV, Aiman Witjaksono.

Aiman, selaku tuan rumah acara tersebut mempertanyakan tudingan Jerinx atas wabah Covid-19 yang menyerang seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, merupakan teori konspirasi. Untuk mempertanggungjawabkan profesinya sebagai Jurnalis, tentu saja ia meminta data dari narasumber.

Sebenarnya ini pertanyaan standar bagi seorang jurnalis, tapi ternyata jawaban Jerinx tak sesuai pertanyaan. Dia tampak kebingungan dan gelagapan, padahal itu masih awal untuk memulai menyampaikan teori konspirasinya tersebut.

Bahkan jawaban awal Jerinx malah melenceng, “Agama juga merupakan teori konspirasi, karena tidak bisa dibuktikan secara faktual, semua katanya-katanya,” ujarnya. Alasan Jerinx memulai informasi soal teori konsfirasi itu adalah, “Agar pikiran kita lebih luas lagi, dan tidak menganggap teori konspirasi itu halusinasi.”

Argumen Jerinx menyatakan Covid-19 adalah teori konpirasi berpijak pada peristiwa-peristiwa yang terjadi secara kebetulan. “Tidak ada kejadian di dunia ini secara kebetulan secara terus menerus. Terlalu banyak kebetulan itu namanya pola,” kata Jerinx.

Jerinx juga menyebut nama Rockfeller dan Bill Gates. Penabuh drum Superman is Dead itu bilang mereka sudah lama mendiskusikan soal wabah yang terjadi sekarang. Pada event 201 mereka mensimulasikan bencana seperti ini, dan Jerinx juga mempersilahkan untuk mengecek semua platform informasi.

Selain itu Jerinx juga mengatakan ada Rockfeller’s Documents yang terbit pada 2010, di mana tim Rockfeller membuat dokumen bersama Bill Gates membuat skenario persis saat ini, kota yang melakukan lockdown adalah China. Lalu kota-kota lain mengikutinya dan terjadi proses terintegrasi ke semua sistem.

Jerinx juga memamerkan tato konspirasi di dadanya yang dibuat tahun 1999 untuk menyakinkan bahwasanya dia tertarik dan mempelajari teori konspirasi sudah sejak lama. Aiman sendiri tersenyum. Jerinx melanjutnya, dia mengaku membaca buku Noam Chomsky. Dan mengaitkan peristiwa-peristiwa seperti bom bali dan serangan 11 September 2001 di New York.

Aiman tampak mulai geram karena belum menemukan benang merah antara Covid-19 dengan teori konspirasi yang sudah dijabarkan Jerinx. Nada suara Jerinx terdengar meninggi, dan dia malah menyuruh Aiman untuk mencari data sendiri.

“Media-media yang tidak bisa Anda cari, seperti Dr Kauftman, Dr Rahsid Buttar. Di Indonesia ada Dr Indro, Ibu Siti Fadillah, orang-orang tersebut yang melawan narasi global, yang ditetapkan oleh WHO untuk menakut-nakuti rakyat. Dan mereka tidak pernah dapat jatah untuk tampil di media-media mainstraim seperti ilmuwan lainnya,” kata Jerinx.

Menurut Jerinx mereka tidak bisa tampil di media mainstraim karena ada narasi media besar yang dikontrol dunia.

Baca juga:

Antara Pahlawan dan Transpuan, Belajar dari Kasus YouTuber Ferdian Paleka

Berdamai Menurut Tereliye dan Jokowi, Mana yang Konsisten?

“Semua media besar di dunia ini dikontrol oleh kekuatan yang sama. Lima kekuatan yang besar itu memiliki ratusan anak perusahaan untuk menciptakan ilusi masyarakat, jika masyarakat itu punya pilihan. Padahal masyarakat itu tidak punya pilihan,” ujar aktivis yang menolak Teluk Benoa Bali tersebut.

Aiman masih bingung di mana hubungan teori konspirasi dengan Covid-19.

Jerinx menjawab banyaknya angka yang tidak sebenarnya, permainan angka jumlah korban. Dia juga menjelaskan bahwasanya alat tes Covid-19 itu tidak akurat, masih diperdebatkan oleh para ilmuwan di negara maju. Dan Jeringx mempertanyakan kenapa Indonesia mau diperintah oleh WHO yang dikendalikan oleh Bill Gates. Dan Bill Gates bukanlah seorang dokter, tapi pengusaha.

Aiman, yang berpedoman pada data-data dari WHO terlihat kebingungan menghadapi Jerinx. Karena dia menolak data dari WHO. Akhirnya Aiman bilang kalau tidak percaya pada data WHO, memangnya Jerinx punya data sendiri. Jerinx gelagapan lagi menjawabnya.

Tapi Jerinx tetap pada argumennya, bahwa Covid-19 itu hanyalah kasus yang dibesar-besarkan oleh media. Dia penuh keyakinan, “Peluang sembuh dari Covid-19 itu 99 %, jika tidak berusia di atas 60an, dan tidak punya penyakit bawaan,” ungkap Jerinx.

Dan Jerinx menguatkan lagi bahwasanya rumah sakit di luar negeri itu sebenarnya sepi, dia tahu hal itu karena temannya yang berada di London, California, Australia, dan Italia. Kemudian Jerinx mengambil contoh rapid tes warga di Bangli, Bali. Tapi media langsung menyiarkan berita itu bahwasanya 400 warga positif Corona.

Cara Berpikir Jerinx

Jerinx SID | Istimewa

Dari cara Jerinx menjabarkan terori konspirasi Covid-19, memang kita kesulitan mencernanya. Apalagi bagi kita yang terbiasa menangkap informasi secara berurutan atau sistematis. Jerinx tampaknya melompat-lompat, dari penjelasan satu ke penjelasan lainnya. Boleh jadi cara berpikir Jerinx adalah berpikir secara lateral.

Menurut kompasianer Wijanarko Dwi Utomo, cara berpikir lateral adalah cara berpikir yang melompat-lompat, sporadis, tidak beraturan. Kelebihan seseorang yang berpikir secara lateral terletak pada fleksibilitas dan cara pandang terhadap suatu persoalan yang cenderung berbeda dari cara pandang yang umum. Seperti pengusaha dan seniman.

Wijarnoko melanjutkan, hal ini memungkinkan yang bersangkutan untuk mengembangkan imajinasi pemikiran sehingga mencapai solusi yang tidak biasa. Mungkin akan timbul perdebatan atau ketidaksetujuan, namun jika yang bersangkutan cukup kuat memegang teguh pendiriannya, dia akan berhasil mencapai tujuannya.

Coba perhatikan setiap Jerinx mendiskusikan atau berdebat soal teori konspirasi Covid-19, dia selalu bilang untuk mengaitkan peristiwa satu ke peristiwa lain. Menghubungkan persoalan yang satu ke persoalan lainnya. Karena boleh jadi orang-orang yang menekuni teori konspirasi, seperti Jerinx dianugerahi cara berpikir acak sedemikian rupa. Sehingga dia bisa membuat kesimpulan sendiri.

Nah, karena itu pula Jerinx cukup kesulitan ketika ditanya soal data. Data-data yang disampaikan Jerinx sulit diterima secara ilmiah. Sebagaimana yang diakui Jerink, agama juga sulit dibuktikan secara ilmiah. Jadi Jerinx itu lebih leluasa kalau berdiskusi dengan orang-orang yang berpikir secara lateral juga.

Di situ kita baru bisa membongkar isi kepala Jerinx. Sebaliknya jika dihadapkan dengan jurnalis, seperti Aiman. Malah kita sendiri bingung. Harus berkali-kali menonton tayangan itu, apa sebenarnya pesan penting yang ingin disampaikan Jerinx.

Kalaupun seorang akademisi yang harus menghadapi Jerinx, setidaknya dijumpakan dengan Rocky Gerung. Karena Rocky Gerung bisa mengimbangi liarnya berpikir Jerinx. Rocky selain bisa berpikir secara linier, dia juga bisa berpikir secara lateral. [Asmara Dewo]

Baca berikutnya: Virus Corona Menurut “Pakar” Teori Konspirasi, Young Lex, Deddy Corbuzier, dan Jerinx SID

Review Obat Jerawat Medi-Klin TR setelah 2 hari pemakaian
Load More Related Articles
Load More By admin
Load More In Opini

3 Comments

  1. […] Baca berikutnya: Inilah Cara Jerinx Menguraikan Teori Konspirasi Covid-19 di Kompas TV […]

    Reply

  2. […] Inilah Cara Jerinx Menguraikan Teori Konspirasi Covid-19 di Kompas TV […]

    Reply

  3. […] Baca berikutnya: Inilah Cara Jerinx Menguraikan Teori Konspirasi Covid-19 di Kompas TV […]

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *