Koordinator Medis MSF, Dr Natalie Thurle, berbagi pengalamannya melaui tulisan saat merawat orang-orang Palestina yang terluka. Dia menuliskannya di Aljazeera.
Dr. Natalie Thurle merawat gadis kecil berusia 12 tahun yang terkena peluru karet di pahanya. Luka memar itu sebesar kepalan tangan pria dewasa. Anak itu ditembak saat dia berjalan bersama ibunya di dekat rumahnya. Dokter itu kemudian membawanya ke rumah sakit untuk dirongent, memastikan apakah mengalami patah tulang.
Rekan kerja Dr Natalie Thurle, Andy, menjahit wajah bocah lelaki berusia 14 tahun. Bocah itu ditembak dengan peluru karet hampir menganai matanya, kurang dari satu senti meter dari mata kirinya. Jika mengenai mata, ada kemungkinan mengalami kebutaan.
Warga Palestina tak menikmati hari-hari kebahagiaan sebagaimana warga Muslim lainnya pada Idul Fitri yang disambut dengan suka cita. Hal itu diucapkan sendiri oleh Warga Palestina sebagaimana laporan Aljazeera, “Kami di Gaza dan seluruh Palestina tidak merasakan kegembiraan Idul Fitri ini…” kata Moe’n Ahmad.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin saling berkomunikasi menanggapi serangan pasukan Israel. “Dewan Keamanan PBB harus campur tangan dengan ‘pesan yang tegas dan jelas’ kepada Israel,” kata Erdogan.
Michigandayli.com menuliskan, Pimpinan Pemerintah Pusat Mahasiswa (CSG) Universitas Michigan mengutuk kekejaman Israel, “Selama 73 tahun terakhir, kekerasan ini telah meluas, merugikan, dan membunuh warga asli Palestina. Ini bukan ‘konflik’, tapi simbol dari kolonialisme Israel, pembersihan etnis, dan apartheid.”
Sebelumnya pada Sabtu lalu, menjelang malam lailatul qodar, Polisi Israel juga melukai jamaah di Masjidil Aqsa. Diperkirakan saat itu jamaah sebanyak 90.000, korban yang terluka 90 orang. Para jamaah pun melawan dengan melempar batu ke polisi yang bersenjatakan meriam air, meriam setrum, dan gas air mata.
Teror itu bermula ketika Israel merebut Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza pada perang tahun 1976. Para pemimipn negara di berbagai belahan dunia pun menganggap pemukiman yang dibangun Israel di sana dan di seluruh Tepi Barat itu ilegal. Israel-Yahudi terus meluaskan wilayahnya yang mengorbankan warga Palestina. Mulai pembongkaran rumah, pelecehan yang dilakukan Polisi setiap hari. Di Sheikh Jarah, warga Israel dan Polisi juga menyerang warga Palestina di sana.
Keadaan semakin memanas, mengutip dari Aljazeera, pasukan bersenjata sayap Hamas, Brigade al-Qasam mengancam Israel melalui juru bicaranya Abu Obeida, “Lebih mudah bagi kami daripada minum air,” katanya setelah meluncurkan roket ke Dimona, Tel Aviv, dan kota-kota Israel lainnya.
“Kami menyakinkan orang-orang, bahwa kami memiliki banyak roket, dan serangan rudal yang telah mengungkapkan kerapuhan musuh,” kata dia lagi, “yang membedakan pertempuran ini adalah solidaritas rakyat Palestina di seuluruh negeri dan dukungan bulat mereka untuk perlawanan.”
Laporan resmi yang diliris Pemerintah Australia yang dikutip inews.id, Brigade al-Qasam secara resmi didirikan untuk membantu kemampuan militer Hamas. Awalnya, pasukan itu diorganisasi secara rahasia. Pada 2007, sejak Hamas menguasai Gaza, Brigade al-Qasam berkembang. Tujuan utamanya adalah penyatuan Israel di wilayah Palestina di bawah pemerintahan Islam. Brigade al-Qasam mengadopsi taktik gerilya dalam upaya mengalahkan pasukan Israel. Yang paling mengerikan adalah mereka mengadopsi penggunaan bom bunuh diri, menggambarkan mereka sebagai ‘F16’ rakyat Palestina.
Tampaknya ancaman pasukan jihad itu tak main-main, mengingat juga Komandan Hamas, Baseem Issa, telah gugur akibat serangan udara Israel pada Rabu kemarin.
Bagi warga Palestina dan pasukan sayap militer tersebut tentu perang melawan pasukan Israel adalah perang jihad. Sehingga mereka sudah siap gugur di medan pertempuran, meskipun jumlah dan peralatan senjata mereka mungkin tak sebanyak pasukan Israel. Selain itu taktik dan strategi mereka dalam pertempuran juga tak bisa dianggap enteng. Mereka tahu persis di mana titik kelemahan Israel, ketika mulai membalas serangan Israel. Terbukti roket yang diluncurkan di titik strategis Israel yang membuat pemerintahannya gelagapan.
Dana Militer Israel
Carnegieendowment.org menuliskan, berdasarkan laporan tahunan, Amerika Serika (AS) telah memberi Israel $ 1146 miliar dana militer, ekonomi, dan pertahanan rudal. Saat ini semua bantuan AS ke Israel hampir semua dalam bentuk hibah senjata. Israel menerima $ 3,3 miliar setiap tahun dalam pendanaan militer asing (FMF). Juga menerima $ 500 juta untuk penelitian bersama, pengembangan dan penyebaran sistem pertahanan rudal. Sebenarnya, menurut Bank Dunia, Isarel memiliki PDB per kapita terbesar ke-29 di dunia, di atas Inggris, Selandia Baru, Perancis, dan Jepang.
Sebagaimana diketahui, Pasukan Israel itu telah merenggut hak asasi manusia warga Palestina, melakukan kekerasan seksual, menggusur warga Palestina, dan bentuk kejahatan lainnya. Namun Amerika Serikat yang gemar sekali teriak HAM, ‘tidak berkutik’ jika berhadapan dengan Israel. Tentu itu menjadi pertanyaan besar, kenapa MOU antara kedua negara tersebut selalu langgeng sejak tahun 1967?
Emma Green dalam tulisannya di theatlantic.com menguraikan, tidak peduli seberapa buruk hubungan antara pemimpin tertinggi kedua negara tersebut. Tidak peduli siapa yang terpilih di Gedung Putih, tidak peduli seberapa keras suara oposisi mereka atau seberapa keras tuduhan atas debat ideologis: AS punya alasan pragmatis terus memberikan dana untuk militer Israel.
Secara politis, sebagian dana itu merupakan tanggapan terhadap kesepakatan nuklir yang diselesaikan AS dan kekuatan dunia lainnya dengan Iran pada Juli 2015 lalu. Saat itu Barrack Obama memuji Israel karena ‘memotong jalur’ Iran menuju senjata nuklir dari satu dekade. Netanyahu sangat kritis terhadap perjanjian itu, yang disebutnya sebagai ‘kesalahan bersejarah’ yang meringankan sanksi terhadap Iran, sementara membiarkannya agar suatu hari nanti bisa mendapatkan bom.
Dow Jones Venture Source, melaporkan pemilik modal seluruh dunia menginvestasikan hampir 904 juta dolar AS ke Israel dalam sembilan bulan pertama tahun 2010. Pada Juli 2014 lalu, Pemerintah Israel mengalami defisit anggaran mencapai 661 juta dolar AS. Hal itu dikarenakan pembiayaan perang di Gaza sangat membebani dan besar-besaran, sebagaimana ditulis di Republika.co.id.
Pada 1 Mei 2019, israel21c.org merilisi 12 perusahaan top yang berinvestasi di Israel. Berikut laporannya:
1. Selina, jaringan 46 hostel dan coworking space yang didirikan Israel di 13 negara Amerika Latin, menyelesaikan putaran pembiayaan Seri C senilai $ 100 juta yang dipimpin oleh Access Industries yang berbasis di New York dengan partisipasi dari Grupo Wiese dan Colony Latam Partners. Didirikan di Panama, Selina memiliki pusat penelitian dan pengembangan di Tel Aviv dan berencana untuk membuka situs tambahan di negara-negara termasuk Israel.
2. Perusahaan keamanan IoT Armis menyelesaikan putaran pendanaan $ 65 juta yang dipimpin oleh Sequoia Capital, dengan partisipasi dari Insight Venture Partners dan Intermountain Ventures. Armis menyediakan perangkat lunak keamanan informasi untuk sistem IoT perusahaan dan berkantor pusat di Palo Alto, California, dengan kantor di Tel Aviv.
3. Aqua Security dari Ramat Gan menutup putaran Seri C senilai $ 62 juta yang dipimpin oleh Insight Partners dengan partisipasi investor yang ada, Lightspeed Venture Partners, M12 (dana ventura Microsoft), TLV Partners, dan Shlomo Kramer. Aqua, dengan kantor di Massachusetts dan California, mengkhususkan diri dalam melindungi aplikasi berbasis kontainer, tanpa server, dan cloud asli.
4. New Era Capital Partners dari Boston dan Tel Aviv mengumpulkan $ 60 juta untuk dana baru yang akan diinvestasikan pada startup teknologi tahap awal pendapatan saat mereka mencapai pasar global. New Era mengklaim sebagai dana modal ventura pertama di Israel yang menilai perusahaan sesuai dengan kriteria investasi yang bertanggung jawab ESG (lingkungan, sosial dan tata kelola) untuk potensi mereka memiliki dampak positif terhadap lingkungan, masyarakat atau kemanusiaan.
5. ProteanTec dari Haifa muncul dari mode siluman dengan penyelesaian putaran investasi Seri B senilai $ 35 juta yang melibatkan Intel Capital, Mitsubishi UFJ Capital, WRVI Capital, pengusaha Israel Avigdor Willenz, ITI Venture Capital Partners, Redline Capital Management, dan Viola Ventures. Didirikan pada 2017 oleh Shai Cohen, Evelyn Landman, Roni Ashuri, Yahel David, Eyal Fayneh, dan Yuval Bonen, produk ProteanTecs membantu memprediksi kegagalan dalam sistem elektronik. Perusahaan memiliki cabang di New Jersey dan San Francisco.
6. Perusahaan biofarma Chiasma of Ness Ziona mengumpulkan $ 34,5 juta dalam penawaran umum di NASDAQ untuk mendanai penelitian dan pengembangan serta uji klinis kapsul oktreotida untuk pengobatan akromegali, penyakit kronis langka yang biasanya disebabkan oleh tumor jinak dari kelenjar di bawah otak. Didirikan pada 2001, Chiasma memiliki kantor di Massachusetts.
7. Modal Likuiditas Bnei Brak, sebuah divisi dari Meitav Dash Investments, melakukan penutupan pertama dari dana investasi dengan $ 30 juta. Didirikan pada tahun 2017, Likuiditas menawarkan pembiayaan terhadap pendapatan masa depan bagi perusahaan dengan penjualan tahunan lebih dari $ 3 juta.
8. Startup real-estate berbasis aplikasi Reali dari Tel Aviv dan Silicon Valley mengumpulkan $ 30 juta dalam putaran Seri B yang dipimpin oleh Zeev Ventures dan Signia Venture Partners dengan partisipasi SGVentures. Didirikan pada 2015, Reali telah mengembangkan platform seluler yang mengklaim dapat mengurangi biaya transaksi real estat residensial hingga lebih dari 70%. Saat ini beroperasi di California dan akan terus berkembang.
9. Bizzabo menyelesaikan putaran Seri C senilai $ 27 juta yang dipimpin oleh Viola Growth dan cabang investasi Siemens AG Next47, dengan partisipasi dari investor yang ada, Pilot Growth. Bizzabo, yang membuat perangkat lunak perencanaan dan pengelolaan acara perusahaan, didirikan pada 2011 dan memiliki kantor di New York dan Tel Aviv.
10. Aidoc yang berbasis di Tel Aviv, salah satu dari 50 Perusahaan Jenius Majalah Time tahun 2018, mengumumkan putaran investasi Seri B senilai $ 27 juta yang dipimpin oleh Square Peg Capital. Produk yang disetujui FDA dan CE Aidoc, digunakan di lebih dari 100 pusat kesehatan, mendukung dan meningkatkan diagnostik radiologi. Perusahaan akan segera merilis lini produk onkologi.
11. Startup fintech yang bermarkas di Tel Aviv, Pagaya, mengumpulkan $ 25 juta untuk ekspansi ke real estat, kredit perusahaan, dan hipotek. Pagaya menggunakan algoritme pembelajaran mesin dan analitik data besar untuk mengelola aset institusional. Putaran tersebut dipimpin oleh Oak HC / FT dengan partisipasi dari Viola Ventures, Clal Insurance, GF Investments, unit usaha digital Siam Commercial Bank, dan Harvey Golub, mantan ketua dan CEO American Express.
12. $ 25 juta juga dikumpulkan oleh Spot.IM tel Aviv dan New York dalam putaran Seri D yang dipimpin oleh Insight Venture Partners dengan partisipasi dari Millhouse Capital, AltaIR Capital, Cerca Partners dan wakil presiden senior Oracle Jonah Goodhart. Spot.IM membuat identitas pengguna, keterlibatan, dan platform komunitas yang digunakan oleh banyak penerbit media digital.
Selanjutnya, pada 17 Januari 2021, Techcrunch.com merilis sejumlah investor di Israel yang mengakumulasikan modalnya:
1. Boaz Dinte, mengelola mitra umum, Qumra Capital
2. Rafi Carmeli, rekan, Viola Growth
3. Yonatan Mandelbaum, kepala sekolah, Mitra TLV
4. Natalie Refuah, rekan, Viola Growth
5. Daniel Cohen, rekan, Viola Ventures
6. Ben Wiener, rekan, Jumpspeed Ventures
7. Inbal Perlman, partner, TAU Ventures
8. David (Dede) Goldschmidt, partner, Samsung Catalyst Fund
9. Dror Nahumi, partner, Norwest Venture Partners
10. Sharin Fisher, rekan, Fort Ross Ventures
11. Adi Levanon Chazan, rekan, Flint Capital
12. Chaim Meir Tessler, rekan, OurCrowd
13. Noam Kaiser, partner, Intel Capital
14. Tal Slobodkin, partner, StageOne Ventures
15. Ayal Itzkoviz, mitra pengelola, Pitango First
16. Ittai Harel, mitra pengelola, Pitango HealthTech
17. Boaz Dinte, Qumra Capital
Jelas, Israel punya bala bantuan yang sangat kuat, baik kerja sama dengan AS juga dengan perusahaan top yang memutarkan modal di negaranya. Maka pertanyaannya adalah seberapa kuat komunitas Muslim di dunia yang turut berpartisipasi atas perjuangan warga Palestina? Dan negara-negara kuat yang mendukung kemerdekaan Palestina atas kolonialisme Israel?
Apakah dengan boikot? Atau dengan pemutusan kerjasama antar negara?
Tentu tidak cukup hanya dengan ucapan, tapi tindakan konkret yang bisa membuat efek jera terhadap Israel. [Asmara Dewo]
Baca berita tentang Palestina di www.klickberita.com
Israel Memborbardir Tanpa Henti, Warga Palestina: Kami Tidak Merasakan Kegembiraan Idul Fitri
Serangan Udara Israel Membunuh Komandan Hamas Kota Gaza
Polisi Israel Melukai Puluhan Warga Palestina Menjelang Malam Lailatul Qadar